Sabtu, 24 Oktober 2020

2nd ANNIVERSARY

Sudah lama rasanya kita tidak duduk berdua saling memandangi satu sama lain dan bercerita. Apa saja. Semua hal yang ada di kepala.

Sudah lama sejak buah hati kita lahir di dunia, semuanya berubah. Dunia terasa lebih sepi dari biasanya.


Bukan.


Bukan dunia tapi hanya aku saja yang merasa kesepian. 


Kita bersama, tapi berada di dunia yang berbeda. Kamu dengan duniamu, dan aku sendiri dalam duniaku. Penat dan lelah. Karena kita tidak lagi "bertemu".

Kamu yang lebih asik dengan handphone mu, sedangkan aku yang sibuk mengurus bayi yang lucu. 

Kadang di ujung malam ketika dia sudah tertidur pulas, aku ingin ditemani minum teh hangat di ruang tamu. Sambil mencurahkan segala sendu dan bertukar cerita lucu. Tanpa handphone, tv, atau musik. Hanya suara tertawa kita di tengah sunyinya malam. Aku juga ingin mendengar keluh kesahmu. Tanpa debat, kritik atau saran. Hanya mendengar suaramu. 

Mungkin sulit bagiku kini memberikan perhatian penuh seperti dulu sebelum bayi ini hadir. Aku selalu berusaha dan berharap tidak akan pernah berubah seperti 2 tahun yang lalu. 

Mungkin juga sulit bagimu kini meluangkan sedikit waktu hanya untuk memandang dan mendengarkanku seperti 2 tahun yang lalu. Kamu terlalu sibuk dan lelah.

Aku selalu memperhatikanmu dalam diam, di sela nyenyaknya tidurmu. Tanpa pernah kamu tahu. Memastikan kamu baik-baik saja. Terlalu egois bagiku membangunkanmu hanya untuk sekedar menemaniku bercerita. Aku memilih terjaga dan bergumam sendirian. Ya. Sendirian. 

Mungkin karena saking sibuknya, kamu lupa bertanya bagaimana hariku hari ini. Apa yang aku rasakan hari ini. Dan apa yang aku butuhkan saat ini. Mungkin karena terlalu menarik hiburan di handphone mu kamu hampir tidak pernah lagi memandangiku. Tanpa jeda seperti 2 tahun yang lalu. Kamu mungkin juga tidak sadar banyak yang berubah. Atau kamu memang tidak perlu melakukannya karena aku pun sedang merasa tidak menarik lagi untuk dipandangi. Karena aku sedang berada di fase krisis percaya diri. Merasa sedang dipecundangi diri sendiri.

Rambut kusut, wajah kusam, mata panda, badan bergelambir, hingga aroma dapur. Aku sudah tidak menarik lagi. Mungkin memang pantas aku tidak diperhatikan lagi. Berbeda dengan 2 tahun yang lalu ketika rambutku tergerai indah, wajahku kinclong dan badanku singset. Kini aku juga sering nyeri punggung, sejak aku hamil hingga kini rasa sakit itu tidak kunjung reda atau berkurang. Mungkin karena posisi tidurku yang tidak karuan karena sambil menyusui. Lingkar mata yang menghitam karena kurang tidur dan sering terjaga di tengah malam. Ya. Aku berubah.

Kadang aku ingin kabur sejenak dari rutinitas ini. Hanya sekedar mencium aroma terapi di ruang perawatan atau melihat warna-warni koleksi pakaian di pusat perbelanjaan. Tapi senyuman anakmu lebih melegakan dari semua itu.

Aku ingin mendengar celotehan random ataupun guyonan ngelantur di ujung hari hanya sekedar untuk mengobati rasa lelahku. Tidak perlu mengeluarkan tenaga dalam hanya untuk memijat badanku, kamu tanyai saja apa yang sedang aku pikirkan dan rasakan sudah lebih dari cukup. Aku terlalu manja ya. Aku belum pantas rasanya menjadi seorang ibu. Aku terlalu cengeng.

Kadang saking lelahnya tidak sadar aku membentak anak kita. Karena tingkahnya yang mulai aktif. Dia tidak mengerti apa-apa, hanya emosiku yang terlalu lama terpendam hingga pecah begitu saja. Kadang aku juga lalai menjaganya hanya karena melirik handphone sebentar saja untuk sekedar mengecek beranda sosmed untuk mengusir kejenuhanku.

Aku juga sebenarnya capek. Luar dalam. Badan dan pikiran. Untuk sekedar keluar rumah membeli thai tea saja aku tidak sempat. Kadang masih ketambahan omelan darimu karena aku tidak becus mengurus rumah dan anak. Kadang aku merasa setengah gila. Melongo dan heran. Selama ini aku kurang apa. Sudah aku korbankan semua seluruh hidupku demi kelangsungan rumah tangga ini. Aku kubur hidup-hidup dan dalam-dalam impian dan cita-citaku. Aku telah mengubah kepribadianku 180 derajat.Tapi semua belum bisa berjalan sebagaimana mestinya. 

Rasa ingin menyerah setiap hari menggelayuti hatiku. Tapi aku coba sabar dan ikhlas menjalani semuanya. Aku terima jalan takdirku. Benar apa katamu, aku memang manusia yang kurang bersyukur.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan melayangkan opini-opini Anda dan berbagi bersama