Hey, where have you been ? I miss youuuuu. Terima kasih, Tuhan. Engkau tidak pernah membiarkanku berlama-lama terpuruk dalam kesepian. Setiap yg dengan sengaja melangkah menjauhi selalu Engkau gantikan dengan mereka yg dengan antusiasnya mendekati. Rasa sakit ini tidak selamanya berdiam diri. Selalu saja ada sosok yg berusaha menghibur diri. Maaf saja jika kadang aku yg tidak tahu diri bahkan hingga lupa diri untuk menghargai kehadiran kalian yg seringkali over percaya diri. Haha.
Seperti hati yg sudah terlalu kecewa, rasa percaya itu musnah ditelan masa. Ntah sampe kapan semua rasa bisa kembali terobati. Dari berbagai carapun kadang terasa takkan cukup untuk mengganti. Mereka yg masih sok jagoan dengan gagahnya mendeklarasikan kekuatan serta kemumpuniannya dalam mendapatkan sesuatu dengan mudahnya masih saja belom introspeksi bahkan berubah jadi lebih baik. Setelah aku memutuskan mengganti knop pintu hati ini, dia yg dulu pemegang kunci satu2nya kini takkan bisa seenaknya masuk kembali. Dia yg dulu dengan mudahnya keluar masuk berbagai pintu kini mulai kelimpungan mencari tempat tinggal. Rumah impian yg dari dulu diincarnyapun sagat sulit untuk dimasuki apalagi ditempati. Hidupnya kini tak bertuan. Menunggui tiap malam di luar pagar berharap si tuan rumah iba dan mempersilahkannya masuk. Padahal tidak semudah itu membukakan pintu dan mempersilahkan tamu tak diundang masuk. Dia sekarang ga lebih dari seorang tunawisma yg berkeliaran di jalan2. Dalam hal sulit seperti itupun dia masih tidak saja berubah. Egois, childish, agresif, hingga obsesifnya itu masih dipegang teguh. Ntah hal apa yg bisa menyadarkan akal sehatnya. Dia tidak pernah menyempatkan sebentar saja menatap cermin, dia selalu sibuk memperhatikan orang2 sekitar. Garis finish yg dinanti sejak lama, perjuangan yg ga sedikit, dibiarkannya terbengkalai hanya karena sebuah pintu hati yg sulit terbuka. Apakah tidak kamu tau ada yg lebih penting dari itu ? Pintu maaf dari orang2 yg pernah disakiti.
Kemarin sahabat karibmu, sekaligus promotor setiamu memberitahuku sesuatu. Tentang sebuah keseriusanmu dan ketulusanmu (dulu). Dia ketikkan bait demi bait janji2mu (dulu). Seperti sebuah iklan di tv, kata2nya pun tetap persuasif, persis ketika mempromosikanmu (dulu). Senyum kecut berkali2 menghiasi muka bantalku pagi itu. BULSHIT! Untuk apa dia coba promosikan lagi sebuah produk yg sudah jelas2 tidak lolos studi kelayakannya ? BASI! Jangankan tertarik, melirikpun ogah. Untuk apa juga dia mengungkit2 janji2 palsumu (dulu) ? Agar aku tau kebenarannya ? Ahh.. Sudahlah. Aku masih lebih percaya dengan apa yg sudah jelas terpampang nyata bukti2 yg berhasil aku capture dan masih tersimpan rapih di galeri henfonku.
Aku bertemu dengan seorang lagi yg background keluarganya sama denganmu. Segalanya ada dan mudah. Dia juga titik kelam sama sepertimu. Tapi mungkin dia hanya merugikan dirinya sendiri. Tidak sepertimu yg gemar merenggut harapan2 indah wanita. Kekurangan ayahnya telah menyadarkan dia tentang arti sebuah kerja keras, susahnya menjalani kehidupan, menghargai sekecil apapun sebuah kesempatan. Musibah membuatnya berubah dan semakin cinta kepada Allah dan orangtua. Tidak sepertimu yg masih tetap saja manja kepada mereka, yg bisanya meminta dan meminta. Tidak pernah mau berusaha dan bersusah payah. Menggunakan segala yg ada tanpa arah dan rasa cinta yg perlahan sirna. He's better than you, actually. Dia belajar memotivasi orang lain di sekitarnya dengan apa yg dia terima. Meneriaki semangat2 dg lantang lewat barisan nada2 yg sebenarnya telingaku tak begitu peka. Setidaknya dia punya cita2 yg terarah. Menuruni gengsi dan melakoni hal2 yg membuatnya tampil apa adanya. Lalu apa yg membuatku tak memberikan alamat rumah ataupun kunci cadangan untuknya ? Ada sisi darinya yg aku rasa masih tak jauh beda denganmu. Nalurinya yg penuh pesona menutupi kharisma yg seharusnya dia tampakkan hanya untuk orang yg benar2 dia minta. Aku hanya takut dia hanya singgah sementara kemudian pergi meninggalkan kenangan yg membekas di waktu yg cukup lama. Aku hanya tidak ingin larut dalam suasana yg hanya membawaku dalam rasa yg fatamorgana. Setidaknya dia orang yg tidak pernah bangga dengan hasil pemberian orangtua dan sok berkuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan melayangkan opini-opini Anda dan berbagi bersama