Rabu, 09 Agustus 2017

Duta Peraih Restu

Ketika dulu aku mikir nikah itu cuman butuh calon mempelai pria dan wanita yang saling cinta, nyatanya ga sesimple itu.

Ada kesiapan
Ada persiapan
Ada kematangan
Ada kemapanan
Ada keberanian
Ada keikhlasan
Ada mahar
Ada keluarga
Ada wali nikah
Ada orangtua
Ada restu semesta


Kenapa untuk orang yang mulai memasuki usia seperempat abad, pembahasan tentang "pernikahan" lebih tabuh daripada seks. Ada yang antusias sekali dan ingin menyegerakan. Ada juga yang sama sekali tidak ingin mendengar apalagi membahasnya. Karena mereka pikir membahas hal ini merupakan hal yang tidak penting. Menjalani alur yang ada sudah cukup.
Banyak yg mengira akan kehilangan kebebasan, keleluasaan, kesukaan, keperjakaan, keperawanan.
Uuuh.. wait what?
Disamping tanpa sadar mereka juga akan menerima banyak kelebihan di dalamnya. Lebih tentram karena ada yg ngurusin, perhatiin, nemenin, ngejagain.
Lebih rame karena ada partner berbeda yang akan memberikan banyak hal-hal dan generasi baru.
Lebih tenang karena ga lagi takut, resah gelisah, risau, galau, kalau sewaktu-waktu ga pulang ke rumah dan ada penggerebekan sekalipun.
Lebih gemuk karena segala sesuatunya dalam kehidupan yang awalnya sekali menjadi berlipat-lipat ganda. (Contohnya urusan rezeki. Yg satu suka bakso yg satu nasgor. Akhirnya sama2 beli bakso dan nasgor. Rezeki dobel buat si kang bakso dan nasgor) wait.. what?
Aku kira membuat orang tertarik cukup dengan kita berpenampilan rapi dan bertutur kata lembut kaya mbak-mbak sales alat kecantikan.

THATS NOT ENOUGH.

Ada yg harus berubah dulu jadi orang lain di masa lalu.
Ada yg harus pura-pura kalem dulu biar bisa dilirik.
Ada yg harus nurut hanyut terus sama arus yg ada. Mau itu arus jernih ato berenang bareng tai sekalipun. Pokoknya nurut aja terus.
Ada yg harus kasih ini itu dulu untuk sebuah perhatian.
Ada yg jungkir balik tampil terbaik tapi tetap diacuhkan.
Ada yg cuma tampil seadanya tapi diperlakukan istimewa.
Ada yg luarnya seger dalemnya busuk langsung masukin keranjang.
Ada yg ga nganggep tapi dihargain mahal.
Ada yg cuman manfaatin doang tapi dipertahanin mati-matian.
ADAAAAAA BANYAAAAAK!!!!!

Siapa sih yg gamau cepet-cepet diminta, dilamar, terus nikah sama org yg udah diperjuangin mati-matian?
Siapa sih yg nolak kemana-mana dianterin, apa-apa diperhatiin, ini itu dicukupin?
Siapa sih yg ga baper liat orang lain dg mudahnya dapet restu? Bahkan tanpa menampilkan sisi terbaiknya sekalipun.
Siapa sih yg ga bosen hubungan gini-gini aja tanpa ada kejelasan? Sedangkan banyak bgt org diluar sana yg berebutan ngasih perhatian.
Siapa sih yg ga bete pengen main kemana-mana ga dibolehin, apa-apa dilarang, ini itu ga boleh?
Siapa sih yg tahan liat orang yg jelas-jelas tidak berusaha apapun tapi dipertahankan bertahun-tahun?

Setelah melewati rekan-rekan dan sahabatku yang mencemoohmu.
Aku dihadapkan dengan orangtuamu yang bahkan memandangkupun tidak mau.
Sudah berusaha ini itu, menjalani hal-hal yg bahkan jauh dari keinginanku demi meraih restu. Setelah sekian lama berusaha akhirnya pelan-pelan mereka mau menoleh ke arahku. Meskipun kadang hanya melirik dan berlalu. Aku tau mereka masih belum bisa menerima sepenuhnya aku.
Kini orangtuaku mulai lelah dengan alasan ini itu dan ingin segera ada yg serius menyandingku. Keluarga besarku pun tetap tidak setuju dengan pilihanku yang itu. Begitu pula lingkungan baruku yg menempaku dengan berbagai pengalaman hidup yang sendu.
Begitu banyak orang yg datang lalu lalang menawariku menjalani kehidupan baru. Membangunkanku dari mimpi yg aku bangun sejak beberapa tahun yg lalu. Mencoba mengusik angan-angan semu yg menghantui tiap malamku.
Semua belum juga diraih kini hadir lagi orang-orang di sekitarmu yg ikut mengucilkan kehadiranku. Menganggap aku adalah arca di depan ambang pintu selamat datang. Kenapa begitu irinya dia dengan kehadiranku yg sekarang bersamamu? Bukankah yg lebih baik dan lebih cantik dulu tidak begitu dipermasalahkan? Untuk apa dia mempersoalkan upik abu sepertiku? Toh tanpa kamu tiup pun, tempatku hanya sebatas di sudut jendela berdebu. Tolonglah jangan mempersulit jalan kami. Apa untungnya untukmu menghalau ku untuk melangkah maju? Apakah kau utusan terselubung untuk mengusirku menjauh? Coba jelaskan dengan gaya bahasamu yg terlihat pura-pura setuju jika di depan kekasihku!

Aku kayanya ga perlu ngehina-hina calon mertua untuk menjadi duta peraih restu. Perjuanganku hingga kini menakhlukan egoku, keras kepalamu, desakan orangtuaku, restu orangtuamu, ditambah pengakuan di lingkunganmu menjadi bom waktu yg semakin hari rasanya akan tiba-tiba meledak. BOOM!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan melayangkan opini-opini Anda dan berbagi bersama